Pakan Alternatif untuk Unggas Pedaging

www.sentralternak.com, Pada tanggal 19 Oktober 2008 yang lalu kami menghadiri undangan walimah pernikahan salah seorang teman kami di Paiton – Probolinggo. Saya menyebutnya pernikahan antar pulau, karena calon mempelai laki-laki berasal dari Bengkulu (pulau Sumatra) dan calon mempelai wanitanya berasal dari Probolinggo (pulau Jawa). Alhamdulillah saya bisa hadir sebelum acara berlangsung, tapi sayang akad nikahnya sudah selesai dan berjalan dengan lancar kata sang pembawa acara. Memang acara berlangsung lancar walau ada sesuatu hal yang kami tidak senangi.

Sebenarnya sudah cukup lama kami ingin menyajikan artikel ini, tapi karena kesibukan kami dalam melayani konsumen dan menjawab pertanyaan yang masuk kepada kami. Kami juga teringat dengan cerita seorang teman kami tentang apa yang telah dibacanya di salah satu blog dengan judul derita si tukang pencuci piring. Isi cerita ini bukan masalah diskriminasi karena yang mengadakan acara dan yang diundang dalam acara tersebut makan makanan enak nan lezat sedangkan si pencuci piring tidak boleh makan atau boleh makan hanya dengan makanan sisa tersebut. Tapi bercerita tentang betapa sedihnya si tukang cuci piring tersebut melihat gundukan nasi sisa acara tersebut. Terus mau dikemanakan nasi sebanyak itu?

Kembali ke acara walimah, dalam walimah itu kami melihat seorang bapak tua yang ikut membantu tuan rumah dalam menjamu tamu-tamunya. Bapak tua tersebut terlihat sibuk ikut melayani tamu sampai akhir acara. Nah yang akan kami ceritakan dan untuk diambil manfaatnya adalah pada bagian akhir acara walimah tersebut. Ringkas cerita setelah acara selesai, kami melihat bapak tua tersebut mengumpulkan piring nasi, mangkok es buah (puding), dan gelas plastik air mineral. Kami memperhatikan dengan seksama apa yang dikerjakan oleh bapak tua tersebut karena kami simpati dengan semangatnya yang membuat kami iba. Piring-piring yang masih berisi sebagian nasi sisa dan bahkan ada yang utuh tidak tersentuh oleh tamu kecuali lauknya saja (daging maksudnya). Kami langsung teringat rencana artikel yang akan kami tulis dan akan kami publikasikan. Mungkin ini adalah peringatan terakhir buat kami agar tidak menunda lagi menulis artikel yang mungkin akan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin…

Nasi-nasi sisa tersebut mungkin bagi kita lebih khusus untuk yang punya hajat atau acara tidak ada artinya tapi untuk ternak kita adalah sangat berharga. Sang tuan rumah sudah tidak mungkin memikirkan nasi sisa karena sibuk melayani tamu, foto-foto di pelaminan (kalau acara walimah pernikhan) dan juga sibuk dengan kotak amplopnya (bowohan, jawa). Kami yakin sang tuan rumah baik ibu dan bapak sudah tidak akan mengurusi seksi perdapuran karena dianggap bukan hal yang urgen. Apalagi hanya mengurusi nasi sisa?

Kalau kita perhatikan dalam nasi sisa walimah atau lainnya baik yang di adakan di gedung, hotel, atau rumah sendiri ternyata yang tersisa tidak hanya nasi tapi ada juga sayur, bahkan lauk yang tidak disukai oleh tamu yang bersangkutan seperti daging, ayam, kornet, nugget, dan sebagainya. Nasi sisa tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk ternak kita baik sebelumnya diolah terlebih dulu menjadi nasi karak (nasi aking, nasi kering) atau juga bisa langsung diberikan asal masih dalam taraf yang wajar (tidak basi dan berjamur)

Bagaimana dengan nilai nutrisinya? Secara kasat mata kami menilai kandungan bahan tersebut (nasi sisa) lebih banyak mengandung zat karbohidratnya daripada zat nutrisi lainnya. Akan tetapi perlu anda ingat bukankah salah satu zat nutrisi yang dibutuhkan untuk usaha penggemukan ayam dan lainnya adalah karbohidrat? Untuk mengetahui kandungan nutrisinya secara pasti maka kita perlu membawa contoh sample ke laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisinya. Tapi hal itu akan menambah pengeluaran lagi bagi kita. Yang terpenting adalah asal bahan makanan tersebut tidak berubah rasa, penampakan dan bau, kami yakin masih bagus untuk digunakan.

Sewaktu kami memelihara ayam kampung, kami pernah mempraktekkan untuk mengambil nasi sisa dari gedung pesta. Kita tahu kalau acara yang di adakan dengan menyewa gedung atau hotel pastilah orang kaya dengan menu yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke. Kami melihat pada nasi sisa pesta tersebut sebenarnya masih banyak yang bisa dimakan oleh manusia itu sendiri. Akan tetapi hawa nafsu sudah berbicara lain, sang punya acara gengsi dan yang diundang juga berlagak kaya. Makan sambil berdiri (standing party), makan sambil ngobrol dan bercanda sudah menjadi trend yang biasa kita saksikan.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi kita bahwa makanan yang paling dibenci adalah makanan walimah. Setelah kami renungkan dan memikirkan baru terungkap rahasia akan kebenaran yang ada dibalik ucapan tersebut. Bagaimana tidak, semestinya kalau kita punya hajat (dalam rangka mensyukuri nikmat Allah swt) jangan lupa untuk mengundang kaum yang lemah yaitu anak yatim dan fakir miskin. Di samping itu juga sebuah walimah (pesta) tidak akan terlepas dari sikap isrof (berlebih-lebihan) sehingga terjerumus pada perbuatan tabdzir (mubadzir). Makanan sewaktu layak di makan sebaiknya diberikan kepada anak yatim atau fakir miskin sehingga tidak terbuang percuma.

Kembali ke masalah, bahwa pada intinya makanan sisa hasil walimah (pesta) dapat digunakan sebagai pakan alternatif untuk penggemukan ayam kampung pedaging, itik pedaging atau layer jantan. Terus seberapa besar kontribusi bahan pakan tersebut terhadap usaha kita?

Mari kita analisa sejenak : Kalau kita menghabiskan pakan buatan pabrik dan pakan lokal sebesar Rp 35.000,- untuk 100 ekor ayam per harinya (harga pakan dengan mencampur sendiri Rp 3500/kg dan seekor ayam menghabiskan pakan 100 gram per harinya), maka dapat anda bayangkan dengan pemberian pakan sisa walimah (pesta) anda akan dapat menghemat biaya pakan selama l.k 3 hari untuk satu kali pesta (sekitar Rp 105.000,-). Kalau dalam satu bulan anda bisa mendapatkan lima (5) orang yang mengadakan walimah berarti nilai penghematan pakan anda sebesar Rp 525.000,-. Bukan mustahil bukan?

Nah, sekarang kita sudah mengetahui peluang berhemat dalam menekan biaya pakan dengan mencari pakan alternatif untuk ternak kita. Bagaimana sekarang, nasi sisa tersebut mau dibuang percuma dan menimbulkan pencemaran lingkungan atau diolah menjadi daging? Sudah saatnya kita berpikir kritis dan kreatif di zaman yang serba krisis dan ini adalah salah satu hal yang realistis bukan hipnotis. Mari berubah !!! Semoga bermanfaat *(SPt)

Anda dapat mencopy isi artikel ini sebagian atau seluruhnya dengan menyebutkan sumbernya : www.sentralternak.com

5 Comments

  1. Pak, ditempat saya jg banyak yg jual nasi aking (nasi sisa yg telah dikeringkan) dan biasanya jg saya campurkan pada pakan itik. Masalah yg cukup mengganjal adalah ya ttg kandungan nutrisinya yg blum jelas jd pemakaian hnya sekitar 20%, mau ditambah lagi takut itiknya malah msalah. Nah, menurut Bapak, berapa jumlah ideal yg aman untuk itik petelur agar tidak mengganggu kestabilanya dalam produksi? Terimakasih.

  2. jd cr pembrian nasi aking na direndam dulu ya pak…

    Benar pak, pemberian nasi direndam dulu terutama untuk itik/bebek, tapi kalau untuk ayam bisa langsung diberikan. trims

  3. inti dari artikel ini sih bagus &cukup sederhana karena hnya ingin membahas makanan sisa pesta.tapi kenapa pemaparannya malah muter2 lbh bnyak ke bab yg ga ada hubunganya sm ternak??terus akhir dr bapak tua sang pemungut nasi itu jg bgmn??apa dia jg piara ayamkah…skdr masukan saja,kalo kira2 ga ada hubnya dgn hal yg di bahas,lbh baik kalo artikel ini lbh singkat&padat.itu pasti akn lbh mudah dipahami oleh pembaca.judulnya sj pakan alternatif untuk unggas pedaging,lebih baik kalo pemanjangan artikel di isi dgn alternatif2 lain di samping makanan sisa pesta.kesimpulan,judul terlalu luas&isinya cm sebatas makanan sisa pesta.smoga menjadi masukan untuk lbh baik.

  4. Mas, Om, Pak ataupun Opa Prabu Arya sekalipun,,,,, dengan komentar anda seperti itu semoga anda telah sukses dan maju selangkah lebih baik dari kami peternak pemula ;-) …….. sukses selalu sentralternak terima kasih atas artiket yang dapat membangun ide-ide baru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *